pagi itu, minggu 9 januari 2011. tepat satu tahun sudah, 2730classic menemani hari-hari ku. memudahkan setiap urusanku. sayang, pagi itu pula, ia mengecewakanku. tempat penyimpananya, tempat menyimpan hampir semua data, tak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. sepertinya gara-gara kehujanan pada hari sebelumnya. ah, tapi bukan itu. bukan itu yang ingin saya ungkapkan sebenarnya. mungkin, lebih dari itu.
pagi itu, masih sangat pagi sepertinya karna matahari belum sedikitpun keluar dari peraduanya, sampai seseorang datang kepadaku. ya, aku tahu siapa dia. tahu betul malah. meskipun tak semuanya aku ketahui.
seperti biasa ia menyapaku, sambil mengulurkan tanganya. kubalas, dan kubiarkan di masuk. hancur. begitu hancur kamarku sewaktu itu, merefleksikan keadaan ku saat itu. tapi aku tahu ia pasti sudah tahu. sudah paham. dan, ia pun memulai pembicaraanya.
belum, sama sekali belum terlihat sikap yang aneh darinya. ia seperti memberikan laporan, dan aku hanya mengangguk sembari sesekali mengucapkan “ooh” dengan bodohnya. persis seperti ayam yang sedang mematuk santapanya, cacing. kata demi kata keluar dari mulutnya, tak satu pun aku melewatkanya. hingga ia mengucapkan, “jadi gini mid..”, ritme jantung pun sontak berubah drastis.
sepertinya wajahnya telah berubah serius, lebih serius dibandingkan saat ku melihatnya sedang serius. haha. aneh. padahal aku tahu ia orang yang serius. dan aku tahu ini bukan saat yang tepat unutk melucu, tidak tepat sedikitpun. dan aku pun ikut serius.
ya, aku tahu aku memang salah saat itu. ditambah lagi si 2730classic yang tidak berfungsi malam sebelumnya, memberatkan kesalahanku. tapi aku tahu, itu bukan satu-satunya alasan. hingga giliranku berbicara datang.
sungguh berat ku menggerakkan bibirku. kelu. kupaksakan hingga terdengar seperti orang yang sedang gugup, seperti sedang didepan orang pujaan hatinya yang telah bertahun-tahun tidak tersampaikan. kuungkapkan satu demi satu alasana mengenai kesalahanku. aku tahu aku salah tapi aku yakin aku benar. sayangnya, sepertinya ia tak mau tahu itu.
ego masing-masing pun muncul. yang kuingat terjadi adu argumen yang hebat kala itu. masih ingat dengan jelas, terekam dengan pasti, semua kata demi kata saat itu. tak bisa dan tak mungkin ku melupakanya. “satu kapal hanya memiliki satu nahkoda”. itu yang paling kuingat.
tanggung jawab. sayangnya aku punya tanggung jawab yang lain, yang lebih dulu ada. alasan kembali ku buat. atau mungkin bukan alasan, kenyataan lebih tepat. haha ternyata hatinya tidak goyah, ataupun memang sudah dipersiapkan sebelumnya. hingga di akhir alasanku, tak sadar suaraku telah berubah. mataku telah berat. nafasku pun menjadi sedikit lebih susah karena ada yang menghambat di saluran pernafasan, terutama hidungku. ya, aku menahanya. dan tak sanggup menahanya. sambil mencoba tertawa paksa, tersenyum seadanya, tapi tetap tak bisa. haha aku mendahuluinya. cengeng sekali aku.
dan keputusan sepertinya telah ia ambil. sedikit memberikan saranya kepadaku, tapi aku jelas menolaknya. aku tak ingin menjadi musuh-tak-tampak baginya. aku tetap memilih mendukungnya. walau berat kurasa. karena, dia-lah penyebab hilangnya mimpi-mimpi itu, mimpi yang bahkan telah tertempel di dinding itu.
dengan selesainya pembicaraan ini, dengan keluarnya ia dari ruang sempit ini, aku baru tahu sekarang. haha, ternyata begini ya rasanya patah hati. patah, berbeda dengan sakit. :’
Tidak ada komentar: