Hujan. Kalo ngeliat di KBBI, hujan berarti titik-titik air
yang jatuh dari udara akibat proses pendinginan. Sebenernya gak cuman yang
jatuh dari udara sih, kadang yang jatuh dari bibir seseorang juga bisa
dikatakan hujan. Hujan lokal. Hujan lokal itu kalo di daerah Jakarta, tapi kalo
di jogja dan sekitarnya jadi Hujan kamukal. Yeah. Oke. Skip deh.
Kita lewatin masalah pengertian, sekarang kita bahas masalah
kesetiaan. Eh jangan, bisa menerima apa adanya dulu mungkin ya. Ini apa sih,
skip lagi lah.
Jadi, setelah melakukan survey tentang hujan beberapa waktu
lalu, akhirnya dapat disimpulkan bahwa, hujan itu relatif. Relatif disukai dan
tidak disukai, karena berbagai alasan. Kayaknya itu bukan kesimpulan ya, tapi
emang nggak bisa disimpulin sih. Karena hujan itu bukan tali, gak bisa
disimpulin…
Kalo dari pandangan saya, hujan itu… salah satu bentuk
ke-keren-an Allah. Hujan, yang kita tau, dia itu sangat berguna bagi kehidupan,
bukan cuman manusia tapi semua makhluk. Tumbuhan bisa berfotosintesis ria,
hewan bisa minum-minum, manusia bisa mandi-mandi, nyuci pakean, petani seneng,
ojekers payung seneng, PLTA seneng waduknya penuh lagi, pokoknya banyaaaak deh. Tapi di laen hal, ada
beberapa hal negatif yang juga mungkin terjadi akibat hujan, semisal banjir,
sungai meluap, jalanan licin dan menggenang, semen tukang bangunan basah,
jemuran jadi nggak kering, yang lagi naik gunung kesulitan, yang gak bawa
mantol kepayahan, yang punya janji bahkan bisa saja membatalkan, yang menguber
janjinya pun bisa saja terkena kecelakaan, daaaaaan sebagainya.
Trus apanya yang keren?
Yes. Allah itu keren. Tahu benar Ia kapan seharusnya hujan
ia turunkan. Hujan itu berlangsung di sebuah area lokasi, di waktu yang
bersamaan, di tiap sudut areai itu. Semuanya, semuanya merasakan. Nggak ada
cerita 1 rumah gak kena hujan sendirian. Nggak ada cerita ada tumbuhan yang gak
kena siram hujan. Gak ada cerita kucing gak ngerasain hujan. Semua, semuaaaa
makhluk hidup ngerasain. Dan di waktu yang bersamaan itu pula, hujan turun
dengan sangat adil untuk semua perkara makhluk hidup. Saya ulangi, adil untuk
semua perkara makhluk hidup! Ada tumbuhan yang seneng karena bisa
berfotosintesis, ada tumbuhan juga yang sedih karena ia justru tenggelam akibat
air hujan. Ada hewan yang seneng sampe lompat-lompat kegirangan, tapi ada juga
hewan jadi buru-buru masuk sarang. Nah manusia ini yang kompleks (karena kita
tahu mungkin).
Di waktu yang bersamaan itu, ada yang tidurnya nambah
nyenyak, ada yang jadi basah kuyup akhirnya sakit, ada yang jadi gak bisa
ketemu dosen, ada yang bisa mengingat memori-memori kenangan tertentu, ada yang
motornya jadi mogok akhirnya gak bisa ketemuan sama sahabat lamanya, ada yang
harus menunggu di emperan toko sebegitu lama tapi justru menemukan sosok yang
ia cari selama ini disana, ada yang jadi telat sampai di tempat tes kerjaan
yang berujung pada tidak diterimanya dia di perusahaan itu, ada yang hampir di
puncak gunung jadi mengurungkan niatnya untuk summit attack, ada yang senang
karena menjadi alasanya untuk tidak berangkat kuliah, ada yang tergagalkan
rencana bertemu dengan seseorang untuk terakhir kalinya, daaaaaaan semua bentuk
perkara manusia yang ada.
Yes. Semua itu sudah takdir mungkin. Dan semua itu adil. Itu
pasti. Tapi bagaimana bisa Ia lakukan itu semua, tepat di waktu yang
bersamaan?? How come?? Itu-lah bentuk ke-keren-an Yang Maha Besar, Sang Maha
Adil, Allah SWT.
Jadii, semisal nanti hujan, jangan mengumpat, jangan
menyalahkan ya. Karena semua itu sudah Ia atur dengan keren-nya, karena semua
itu pasti adil pada akhirnya. Percaya saja, hehe.
Dan kalo saya nih, kalo dibolehin milih, terlepas dari semua
perkara makhluk hidup, tanpa memikirkan segala hal yang mempengaruhi dan
menguntungkan mereka, saya memilih… tidak hujan. Cukup mendung-mendung, yang
tidak panas, juga tidak terlalu dingin. Syurga sekali ituu, hehe.
“Lha trus alasanya apa dim?” | Ohiya, karena saya
mountaineering aja deh, kasihan kalo kehujanan jadi kedinginan kan jadi bisa
kena hipotermia, hehehe.
Tidak ada komentar: