Oke, kali ini saya akan bahas sedikit sebuah kata yaitu kata… kecewa. Perhatikan baik-baik ya..
kalo menurut kamus besar bahasa Indonesia (kbbi), kata kecewa yaitu..
ke·ce·wa /kecéwa/ a 1 kecil hati; tidak puas (krn tidak terkabul keinginannya, harapannya, dsb);
Kenapa sih seseorang kecewa? Di kamus itu tertulis, “karena tidak terkabul keinginanya, harapanya.” Yap, benar sekali. Kecewa terjadi seringnya karena kenyataan yang terjadi tak sesuai dengan ekspektasi orang tersebut. Contohnya :
“Saya kecewa tidak bisa hadir di konsernya katy perry akibat ketiduran”
Dari contoh tersebut, dapat diartikan bahwa ekspektasi orang tersebut ialah, ia dapat menghadiri konsernya katy perry. Tapi sayang kenyataanya tidak demikian. Ternyata Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Ia mengatur sedemikian hingga orang itu tertidur sehingga gak bisa nonton katy perry. Nahh, kalau ini contoh kecewa kepada sesuatu hal yang terjadi. Ada lagi yang namanya kecewa kepada orang/benda lain. Berikut contohnya :
“Saya kecewa dimas (teman samping kamar) tidak membangunkanku untuk nonton konser katy perry padahal aku telah mengingatkanya”
Berarti, orang tersebut berharap dan percaya dimas akan membangunkanya saat tidur, tapi kenyataanya dimas tidak, dan orang tersebut pun merasa kecewa terhadap dimas.
Yap, itu dia contoh-contoh dari kecewa. Tau gak sih, (menurut saya) perasaan kecewa, khususnya kecewa terhadap orang/benda lain itu berbahaya lho ! lebih berbahaya ketimbang marah malahan. Kok bisa? Iya, soalnya kalo orang marah biasanya akan selesai begitu saja, ataupun selesai saat ada kata maaf disana. Intinya kalau sudah marah yaa, habis! tapi kalau kecewa? kalau seseorang kecewa itu akan berdampak lebih mengerikan. Orang yang terlanjur kecewa terhadap orang lain biasanya akan membuat kepercayaan orang tersebut kepada orang yang mengecewakanya menjadi turun, atau lebih parahnya hilang! (maaf bila bahasa terlalu ribet). Lalu, apa selanjutnya kalau sudah hilang kepercayaan? Ya habis! tidak akan ada lagi, meskipun mungkin bertubi-tubi kata maaf telah dilontarkan. Berbeda kan dengan marah? Lalu bagaiamana cara memperbaiki ini? Tidak ada jalan lain, ia harus membangun kepercayaan-kepercayan yang lain, atau bahkan di kasus yang sama. Itu pun kalau masih diberikan kesempatan. Kalau tidak? ya sudah.
Lalu dampak hilangnya kepercayaan? Umm…. ah, pasti anda tahu lah, cukup sulit untuk saya tuliskan disini. Yang jelas ia akan mencap, me-list dan menilai orang yang mengecewakanya tersebut… seperti, tidak layak… , tidak cukup… , tidak pantas… , tidak ada lagi…, dan masih banyak yang lainya.
Sangat-sangat mengerikan ya, kata kecewa, ini… :)
Oleh karena itu, saya sangat takuuut sekali mengecewakan orang lain. Terutama mereka. Takuuut setakutnya takut. Terlebih pada semester ini, semester yang penuh “lika-liku-hidup” menurut saya. Selain mereka, saya pun takut mengecewakan orang lain, dengan alasan yang sama tentunya. Oleh karena itu, saya akan mencoba sekuat saya, untuk tidak lagi mengecewakan orang lain, karena saya pun tau bagaimana dikecewakan. :)
~ semoga semester ini, saya tidak mengecewakan. Amiin ya Rabb. :)